Snippet

Berawal Dari Sebuah Opini

Begins From an Opinion ... Mungkin bahasa Inggris nya gitu kali ya. hahaha...
Oke maaf ya sebelumnya gue mau cerita dulu nih, jadi akhir-akhir ini gue lagi ribet sama yang namanya Drama. Yaps, drama buat ujian praktek pekan depan. Memang awalnya gue dan teman-teman gue berat banget buat nyatuin banyak opini agar bisa jadi satu, tapi kita terus mencoba buat gak egois dan mulai berbagi masukan demi drama kali ini.

Sumpah demi apapun, memang saat dijalanin semuanya gak selalu mulus. Ada lah berantem-berantem dulu, jengkel-jengkelan dulu. Tapi kita semua gak nyerah. Ada satu teman gue yang gue liat dia emang orangnya sabar banget, dewasa dan memang dia anaknya gampang buat diajak berunding.

Ya, namanya Anggi. Gak tau kenapa gue dan teman-teman terkadang kagum sama dia. Walau kadang dia suka bikin jengkel juga gara-gara kalau dia udah nemu alat musik udah lupa sama semuanya. Hahaha, namanya juga anak musik. Anggi kalau bisa dibilang salah satu orang yang mampu menengahi semua masalah yang timbul karena perbedaan opini antara teman-teman gue. Dia juga orangnya memang sabar banget banget banget, walaupun memang mungkin di dalam hatinya dia tuh udah gak kuat pengen marah-marah.

Gak cuma Anggi kok, ada teman gue lagi yang biangnya bikin anak-anak drama gue kesel. Nih, Adel. Dia tuh kalau ada janji kerja kelompok, datangnya gak penah gak ngaret. Telat terus, telatnya juga nanggung-nanggung loh. Bisa sampai 90 menit alias 1 setengah jam.

Ada lagi nih teman gue yang paling susah di ajak kompromi, namanya Asri. Walaupun begitu dia punya jiwa sebagai aktor yang bagus. Dia paling cocok berperan sebagai Psikopat dan Ratunya Marah-marah. Dia beruntung loh punya teman dekat sesabar Anggi, karena disetiap tingkahnya Asri yang jengkelin, Anggi bisa menerima itu dengan sabar. :")

Yang terakhir Regita. Dia adalah anak yang dibilang pendiam. Susah diajak gila-gilaan dan cenderung masih jaim. Tapi dia juga punya tingkat kesabaran yang cukup besar terutama disaat gue lagi emosi. Hahaha.

Nah kita berlima lah yang merupakan tokoh pemeran sekaligus author dari naskah Gara-Gara Dyghta. Kita yang nyusun dari awal sampai akhir. Perbedaan opini, keegoisan beropini gak bisa terhindarkan disini. 

Satu demi satu opini terkumpul. Awalnya gue udah pesimis aja, takut gak selesai, takut jelek ceritanya, takut ini takut itu. Kita juga gak segampang itu menyatukan opini yang udah pasti berbeda-beda. Ada yang mau ini, mau itu. Ah, susah deh pokoknya. Kita dituntut harus pintar dalam memilih sebuah opini yang masuk. Dituntut untuk memberikan sebuah alasan mengapa kita memilih opini tersebut. Sebenarnya menyusun naskah drama merupakan hal yang bisa dibilang sederhana dibandingkan menyusun naskah film. Namun, hal yang sederhanalah yang utama, karena awal dari sebuah keluarbiasaan merupakan kesederhanaan. Coba deh bayangin kalau kita ingin pandai memasak dan menjadi Chef Pro, pasti kita dituntut harus tau apa saja bahan baku dan bumbu masakan, alat memasak, yang sebenarnya itu merupakan hal yang sederhana.

Setiap hari kami berkumpul dan memikirkan cerita yang pantas dalam drama nanti. Cerita yang dapat menghibur dan membuat orang lain akan selalu mengingatnya. Cerita yang sederhana namun punya makna yang luarbiasa. Ya, akhirnya kami mendapatkan cerita yang cukup memenuhi kriteria tersebut.

Maka terciptalah Gara-Gara Dyghta. Cerita remaja yang dikemas secara awam dan ringan. Cerita tentang kesalahpahaman antara satu dengan yang lain. Memang cerita remaja sudah banyak yang beredar. Kalau bisa dibilang sih sudah pasaran. Namun, kami menganggap cerita drama kita berbeda dari yang lain. Kami menyelipkan unsur kejenakaan didalamnya. Kami juga selalu optimis kalau naskah kami nanti bisa membawa kami kedalam surga nilai Bahasa Indonesia yang memuaskan.

Hahaha, gue sendiri sih awalnya gak suka sama cerita Gara-Gara Dyghta. Gue menganggap cerita tersebut sudah pasaran. Namun, melihat teman-teman gue yang kayaknya suka dan menjiwai karakter setiap tokoh di dalamnya, akhirnya gue coba buat ikhlas dan jalanin yang semestinya.

Berantem, diem-dieman, udah biasa selama gue dan teman-teman gue nyusun naskah drama ini. Tinggal gimana kita menghadapinya aja. Ya kuncinya sih kita harus mau ikhlas dan mau mengerti serta mengalah. Namun, gak selamanya juga kita harus mengalah, kalau seandainya kita lebih benar dan pantas, kenapa harus mengalah.

Sehari, dua hari, tiga hari sampai kurang lebih dua minggu kita nyusun naskah Gara-Gara Dyghta. Dan akhirnya selesai juga. Rasanya senang banget banget banget. Akhirnya dari berbagai jenis opini yang berbeda-beda masuk. Keluarnya hanya menjadi satu opini yang bisa menyatukan berbagai opini. All About Opinion.

Dari Board of Experience kali ini gue sudah bisa menyimpulkan kalau sebenarnya, perbedaan opini itu wajar, tinggal bagaimana kita mengolahnya hingga menjadi sebuah opini yang bisa kita dan semua orang yang terlibat terima. Dan hal yang sederhanalah yang mampu membuka sebuah keluarbiasaan.